KHUTBAH JUM'AT KEUTAMAAN MENGELOLA AMARAH

Tema Khutbah                    : Keutamaan Mengelola Amarah
Oleh                                    : Ustadz Ahmad Mundzir, pengajar di Pesantren Raudhatul Qur’an 
                                               an-Nasimiyyah, Semarang


الحَمْدُ للهِ، الحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِالْإِحْسَانِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، خَالِقُ اللَّيَالِيْ وَالأَيَّامِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَمَوْلَانَا محمَّدٍ سَيِّدُ العَرَبِ وَالعَجَمِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الزِّحَامِ. أمَّا بَعْدُ

فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ، أُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.

  قال الله تعالى فى كتابه الكريم، بسم الله الرحمن الرحيم، وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ، الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ.   عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَوْصِنِي، قَالَ: «لاَ تَغْضَبْ» فَرَدَّدَ مِرَارًا، قَالَ: «لاَ تَغْضَبْ» رواه البخاري


Ma’asyiral hadirin, jamaah Jumat, hafidhakumullah, Pada kesempatan yang mulia ini, di tempat yang mulia ini, kami berwasiat kepada pribadi kami sendiri dan juga kepada para hadirin sekalian, marilah kita senantiasa meningkatkan takwa kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan selalu berusaha melaksanakan perintah-perintah-Nya serta menjauhi larangan-larangan-Nya. Semoga usaha takwa kita bisa menjadikan sebab kita kelak pada waktu dipanggil Allah subhanahu wa ta’ala, kita meninggalkan dunia ini dalam keadaan husnul khatimah, amin ya Rabbal Alamin.


Hadirin, hafidhakumullah, Dalam menjalani kehidupan di dunia ini, terkadang kita mendapatkan kenikmatan yang bisa membuat kita bahagia. Kita biasa menyambutkan dengan suka cita, bahagia, dan tertawa. Namun bisa jadi terkadang kita mendapatkan hal yang tidak melegakan hati kita. Cara masing-masing orang dalam menyikapi hal yang kurang menggembirakan, berbeda-beda. Ada yang bisa menyikapinya dengan sabar, menyelesaikannya dengan pelan-pelan. Ada pula yang seketika itu terpantik emosinya, kemudian marah-marah.

Dalam sebuah hadits shahih Bukhari yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallahu anh disebutkan:  

 أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَوْصِنِي   

Ada seorang laki-laki yang berkata kepada Nabi Muhammad ﷺ. “Ya Nabi, berikan kami nasihat!”   Lalu kata Nabi menasihatinya:   لاَ تَغْضَبْ   “Jangan marah!”   

Mungkin merasa sangat simpel pesan yang diberikan, lelaki ini bertanya lagi sampai berulang sampai tiga kali. Nabi selalu menjawab dengan konsisten sebagaimana jawaban yang pertama:   لاَ تَغْضَبْ   “Jangan marah!” (HR. Bukhari)

Menurut sebagian ulama, Allah membuat “marah” dari api. Apabila orang tersulut emosinya, api kemarahan akan membara. Api tersebut meletup sehingga darah yang ada di mata dan muka menjadi tampak memerah. Kulit luar akan menampakkan apa yang ada di belakangnya. Tidak bisa dibohongi, jika ada orang yang marah, kulitnya akan menceritakan hal tersebut dengan sendirinya. Apabila orang yang sedang emosi tersebut bisa menahan emosinya sehingga meletup, dapat diredamkan, meletup lagi, diredamkan lagi, yang akan terjadi adalah kulit akan berubah dari kuning ke merah, dan bolak-balik seperti itu, jadinya kulit menjadi tampak pucat sehingga jika ada orang yang sedang marah, lalu ia bercermin, melihat dirinya sendiri, ia akan malu karena saking buruknya ekspresi dan sebab perubahan aura wajahnya.   

Hal ini baru sebatas keburukan yang tampak lahiriah. Efek marah pada jiwa seseorang adalah bisa menimbulkan kedengkian di dalam sanubari, rasa iri dalam hati, menyimpan perasaan buruk atas fenomena keadaan yang tidak sesuai dengan harapannya. Selain itu, efeknya secara lahiriyah banyak terjadi hal-hal yang fatal dimulai dari apa? Dari kemarahan.   

Adanya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) pasti dimulai dari kemarahan. Tawuran pelajar seperti yang terjadi baru-baru ini di Sidoarjo dan didaerah lainnya. Perundungan, bahkan pembunuhan yang  semuanya dimulai dari kemarahan.

Rasulullah ﷺ bersabda:

   لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ، إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الغَضَبِ   
Artinya: “Orang kuat bukanlah orang yang pandai bergulat. Namun orang yang kuat adalah yang bisa mengontrol pribadinya ketika marah.” (HR Bukhari)   

Dalam hadits lain:
   إِنَّ خَيْرَ الرِّجَالِ مَنْ كَانَ بَطِيءَ الْغَضَبِ سَرِيعَ الرِّضَا وَشَرِّ الرِّجَالِ مَنْ كَانَ سَرِيعَ الْغَضَبِ بَطِيءَ الرِّضَا   

Artinya: “Sesungguhnya, sebaik-baik orang adalah orang yang lambat meletup emosinya dan cepat meridlai, sedangkan seburuk-buruk orang adalah orang yang cepat marah dan lambat meridlai.” (HR. Ahmad).   

Hadirin, hafidhakumullah,   

Di antara usaha kita untuk mengontrol emosi kita supaya tidak mudah marah, ada beberapa tips sebagai berikut:   

Pertama, membaca ta’awudz. 
   فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " إِنِّي لَأَعْلَمُ كَلِمَةً، لَوْ قَالَهَا لَذَهَبَ عَنْهُ مَا يَجِدُ، لَوْ قَالَ: أَعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ "  

Kemudian Nabi ﷺ bersabda “Sesungguhnya aku ini mengetahui ada sebuah kalimat yang jika dibaca, kemarahan itu akan hilang yaitu jika dia membaca “a’ûdzu billâhi minas syaithânir rajîm” (HR. Bukhari)   

Kedua, berwudhu. Rasulullah bersabda 

 ﷺ   إِنَّ الْغَضَبَ مِنَ الشَّيْطَانِ وَإِنَّ الشَّيْطَانَ خُلِقَ مِنَ النَّارِ وَإِنَّمَا تُطْفَأُ النَّارُ بِالْمَاءِ فَإِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَتَوَضَّأْ   

Artinya: “Kemarahan itu dari setan, sedangkan setan terbuat dari api. Api hanya bisa padam dengan air. Jika di antara kalian marah, berwuduulah.” (HR. Ahmad, Abu Dawud).   

Ketiga, Duduk. 
Dalam sebuah hadits, Rasul bersabda:
   إِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ وَهُوَ قَائِمٌ فَلْيَجْلِسْ فَإِنْ ذَهَبَ عَنْهُ الْغَضَبُ وَإِلَّا فَلْيَضْطَجِعْ   
Artinya: “Apabila di antara kalian ada yang marah dalam keadaan berdiri, duduklah!. Jika marah tidak bisa hilang, Bertidur miringlah!.” (HR. Ahmad, Abu Dawud)   

Keempat, Diam. 
  عَلِّمُوا وَيَسِّرُوا وَلَا تُعَسِّرُوا   

Artinya: “Mengajarlah kalian, berikan kemudahan, jangan mempersulit masalah.
   وَإِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْكُتْ   

Jika di antara kalian ada yang marah, maka diamlah.” (HR. Ahmad).   

Kelima, bersujud yang berarti shalat sunnah minimal dua rakaat. 

Dalam sebuah hadits:

   أَلَا وَإِنَّ الْغَضَبَ جَمْرَةٌ فِي قَلْبِ ابْنِ آدَمَ أَمَا رَأَيْتُمْ إِلَى حُمْرَةِ عَيْنَيْهِ وَانْتِفَاخِ أَوْدَاجِهِ.   

Artinya: “Ingatlah, sesungguhnya marah itu bara api dalam hati anak Adam. Tidakkah engkau melihat merahnya kedua matanya dan tegangnya urat darah di lehernya?

   فَمَنْ أَحَسَّ بِشَيْءٍ مِنْ ذَلِكَ فَلْيَلْصَقْ بِالْأَرْضِ   

Barangsiapa yang mendapati hal tersebut, hendaklah ia menempelkan pipinya dengan tanah (sujud).”(HR. Tirmidzi)


Hadirin, hafidhakumullah, 
Kita perlu ingat, beginilah hidup di dunia ini. Tidak selalu sesaui dengan bayang dan ciita-cita kita. Keadaan akan sesuai dengan keinginan perlu sedikit menunggu saat di surga. Kewajiban kita di dunia ini berusaha sekuat tenaga untuk menjadi orang-orang yang bertakwa. Orang yang bertakwa dicirikan dalam Al-Quran sebagai berikut:

   الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ.   

Artinya: (Orang-orang yang bertakwa yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.

  بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَجَعَلَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاِت وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. إِنَّهُ هُوَ البَرُّ التَّوَّابُ الرَّؤُوْفُ الرَّحِيْمُ. أعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجِيْم، بسم الله الرحمن الرحيم. وَالْعَصْرِ (١) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (٢) إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (٣) 

ـ   وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرّاحِمِيْنَ ـ


Posting Komentar untuk "KHUTBAH JUM'AT KEUTAMAAN MENGELOLA AMARAH"

close